Kurun-10 hingga kurun ke-19 Sejarah Sarawak

Sarawak telah dipengaruhi oleh kerajaan Srivijaya, Majapahit, China, Jepun, dan Britain sebelum merdeka dengan menubuhkan Persekutuan Malaysia pada 1963 bersama Malaya, Sabah dan Singapura (telah keluar).

Kurun 10 - 13

Sarawak dikatakan berada di bawah kekuasaan kerajaan Srivijaya pada kurun-10 hingga kurun-13. Penguasaan kerajaan Srivijaya ke atas wilayah pesisiran Sarawak telah membolehkan orang-orang Melayu dari Sumatera berhijrah dan menetap di kawasan pesisiran Sarawak. Orang Melayu telah membuka penempatan mereka di Santubong yang merupakan antara pelabuhan entrepot terpenting di Nusantara. Ini telah dibuktikan dengan dengan penemuan bahan artifak seperti pasu zaman dinasti Tang, dan Song di Santubong.

Kurun 13 - 14

Merujuk kepada kitab Sejarah Melayu dan manuskrip sejarah yang terdapat di Brunei, bahawa setelah Kerajaan Srivijaya dan Kerajaan Melayu di pesisir timur Pulau Sumatera runtuh, maka kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Kerajaan Johor (Johor Lama) di Pulau Temasik pada akhir abad ke-13 M (tahun 1200-an) sewaktu wilayah kekuasaannya kemudian meliputi wilayah Sungai Sarawak. Seiring dengan itu, Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa berdiri dan berkembang dalam abad ke-14 M (tahun 1300-an) lalu kemudian Kerajaan Majapahit ini menundukkan Kerajaan Johor di Pulau Temasek ini, termasuklah wilayah Sungai Sarawak itu.

Ketika Kerajaan Majapahit melemah pada pertengahan abad ke-14 M itu, maka Kerajaan Johor berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Majapahit. Selanjutnya masih menurut manuskrip sejarah yang terdapat di Brunei, bahwa pada sekitar tahun 1370 M, Raja Brunei yaitu Awang Alak Betetar di-Islam-kan oleh Sultan Johor saat itu dan menikahnya Awang Alak Betatar dengan anak Sultan Johor itu sehingga Awang Alak Betatar pun berganti gelar menjadi Sultan Muhammad Shah. Dilanjutkan lagi dalam manuscript itu bahwa dengan pernikahan ini, maka wilayah Sungai Sarawak kemudian diserahkan oleh Sultan Johor kepada Awang Alak Betatar (Sultan Muhammad Shah) untuk selanjutnya menjadi wilayah pentadbiran Kerajaan Brunei. Maka sejak saat itu, wilayah Kerajaan Brunei membentang dari wilayah Sarawak di ujung timur hingga wilayah Sabah di ujung barat.

Kurun 14 - 16

Setelah kejatuhan kerajaan Srivijaya pada kurun-13, Sarawak dikuasai bersilih ganti antara kerajaan Johor Lama dan Majapahit.{{fakta[1]}} Seorang putera Raja Majapahit iaitu Raden Menteri Dipati atau Datu Merpati telah berhijrah ke Sarawak pada kurun ke-15[perlu rujukan]. Baginda telah berkahwin dengan Datu Permaisuri anak perempuan Raja Jarom Jawa di Johor sebelum berhijrah ke Sarawak. Daripada keturunan Datu Merpati Jepang, muncullah golongan bangsawan Melayu Sarawak yang bergelar Abang.

Kurun 17 - 18

Selanjutnya berdasarkan manuskrip sejarah yang terdapat di Brunei dan juga yang terdapat di Sambas disebutkan bahwa pada sekitar tahun 1625 M, menyusul persaingan antara Sultan Abdul Jalilul Akbar (Sultan Brunei ke-10) dengan Adindanya yaitu Pangeran Muda Tengah maka untuk menghindari perseteruan maka Sultan Abdul Jalilul Akbar membuat kebijaksanaan untuk memberikan wilayah Sarawak kepada Adindanya yaitu Pangeran Muda Tengah itu agar Pangeran Muda Tengah dapat menjadi Raja di wilayah Sarawak itu. Maka kemudian pada sekitar tahun 1627 M, Pangeran Muda Tengah dan pengikutnya kemudian mendirikan Kerajaan di wilayah Sarawak dengan Pangeran Muda Tengah menjadi Sultan pertama Sarawak dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah dan kemudian lebih popular dengan sebutan Sultan Tengah atau Raja Tengah. Diyakini bahwa Istana Sultan Tengah ini adalah di sekitar Kota Kuching sekarang (ada yang menyebutkan di sekitar Sungai Bedil) sehingga dapat dikatakan bahwa Sultan Ibrahim Ali Omar Shah (Sultan Tengah) inilah orang yang pertama membuka Kota Kuching ini.

Sultan Tengah atau Raja Tengah ini kemudian pada sekitar tahun 1629 (disebutkan setelah sekitar 2 tahun memerintah di Sarawak), dalam pelayaran kembalinya dari merantau di Johor ke Sarawak, kapalnya telah dihantam badai dan terdampar di Kesultanan Sukadana (sebuah Kerajaan di bagian tengah dari pesisir barat Pulau Borneo ini). Di Sukadana ini, Sultan Tengah kemudian menikah dengan Adinda Sultan Sukadana dan memperoleh 5 orang anak. Dari Sukadana Sultan Tengah dan keluarganya kemudian berhijrah ke wilayah Sungai Sambas. Keturunan dari Sultan Tengah inilah yang kemudian menjadi Sultan-Sultan Sambas dan keturunannya hingga saat ini dimana Sultan Sambas yang pertama yaitu Sultan Muhammad Shafiuddin (Sulaiman) adalah anak Sultan Tengah dari hasil pernikahannya dengan Adik Sultan Sukadana.

Kemudian pada sekitar tahun 1655 M ketika dalam perjalanan pulang dari Sambas ke Sarawak, Sultan Tengah terbunuh di daerah Batu Buaya dan dimakamkan di Santubong (makam Sultan Tengah telah dibina dengan megah dan dapat ditemui hingga sekarang di lereng Gunung Santubong, di sebelah kiri jalan dari Kuching ke Pantai Damai). Setelah kewafatan Sultan Tengah ini, Kerajaan Sarawak tidak diserahkan kepada anak-anak Sultan Tengah tetapi diambil alih kembali oleh Sultan Brunei sehingga wilayah Sarawak itu kembali menjadi wilayah pentadbiran Kesultanan Brunei. Sehingga dengan demikian Sultan Ibrahim Ali Omar Shah (Sultan Tengah) merupakan Sultan Sarawak pertama dan sekaligus juga merupakan Sultan Sarawak terakhir yang berarti pula merupakan satu-satunya Sultan Sarawak yang pernah wujud.

Sebelum terdampar ke Sukadana (ketika berkunjung dari Sarawak ke Johor, Sultan Tengah telah mengangkat beberapa orangnya yang diberinya gelar Datu Petinggi dan Datu Temenggung untuk mengendalikan pemerintahan Kerajaan Sarawak sepeninggalannya ke Johor itu. Hingga kini, gelaran-gelaran itu kemudian masih digunakan turun temurun hingga di masa James Brooke menguasai Sarawak dan gelaran-gelaran itu pun masih terkesan hingga saat ini di Sarawak. Begitu juga, keturunan dari 1000 orang Sakai yang dibawa oleh Sultan Tengah dari Brunei ke Sarawak ketika Baginda mendirikan Kerajaan Sarawak, hingga saat ini masih dikenal di Sarawak dengan sebutan keturunan hamba Raja Sarawak.

Tampaknya bahwa golongan yang bergelar Abang di atas (daripada Datu Merpati yang telah datang ke Sarawak pada kurun ke-15) muncul selepas masa Awang Alak Betatar yang kemudiannya dinamakan Sultan Muhammad Shah itu setelah memeluk Islam di Johor pada tahun 1370 M tetapi berhijrah ke Sarawak sebelum perlantikan Sultan Tengah pada 1627. Golongan Melayu perabangan Sarawak telah memegang jawatan terpenting seperti Datu Patinggi, Datu Temenggong, Datu Bentara pada zaman pemerintahan Brooke di Sarawak contohnya Datu Patinggi Ali.

Sedangkan anak Sultan Tengah (Sultan Ibrahim Ali Omar Shah) yang sulung yaitu bernama Sulaiman kemudian pada tahun 1671 M, telah mendirikan sebuah Kerajaan di wilayah aliran Sungai Sambas yang kemudian dikenal dengan nama Kesultanan Sambas dengan Sulaiman sebagai Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddn. Keturunan dari Sultan Muhammad Shafiuddin (Sulaiman bin Sultan Tengah) inilah yang kemudian secara terus menerus memerintah Kesultanan Sambas (15 Sultan) selama sekitar 279 tahun yaitu dari tahun 1671 M hingga 1950 M. Anak keturunan Sultan-Sultan Sambas ini sekarang banyak tersebar baik di Sambas, Singkawang, Pemangkat, Tebas, Bengkayang, Pontianak, Jakarta. Kerana hal ini pada zaman dulu dan kerana pertalian saudara ini, telah menjadi adat kepada setiap bakal-bakal Sultan Sambas yang akan ditabalkan sebagai Sultan harus berdatang sembah atau berkunjung kehadapan Sultan Brunei.